Meski usianya sudah senja dan dihimpit kebutuhan sehari-hari nek Papuk enggan meminta-minta.
Di dunia ini, hidup terkadang seperti rentetan kesulitan yang selalu membuntuti kita. Rasanya, nasib baik seperti enggan menghampiri. Ada saja hal yang harus diperjuangankan, padahal tubuh sudah tak punya tenaga lagi.
Mungkin itulah hidup yang tergambar dari sosok nenek Ppauk Sahmin. Di usianya yang sudah menginjak 79 tahun, ia harus menghidupi cucunya.
Dilansir dari laman Donasionline.id, nenek Papuk tinggal di Dusun Beroto, Lombok Barat, Nusa Tenggara Timur. Ia hidup di sebuah gubuk bilik bambu bersama cucunya, Sopia.
Suaminya sudah wafat beberap puluh tahun lalu. Ia harus merwat sang cucu seorang diri lantaran ayahnya meninggal. Sopia, lantas ditinggal sang ibu merantau dengan alasan merubah keadaan ekonomi. Namun, sang ibu justeru tak pernah pulang kembali ke rumah.
Tak mungkin Papuk Sahmin membiarkan Sopia cucu satu-satunya hidup terlantar seorang diri, dengan kondisi serba kekurangan. Rumah Papuk yang lebih mendekati gubuk karena kondisi sebagian dindingnya sudah lapuk dan ganti dengan terpal yang kini kondisinya sudah mau hancur juga. Terkadang hujan hal itu yang menyebabkan dengan mudah nantinya terpal tersebut akan hancur.
Untuk mengisi perut, setiap harinya Papuk Sahmin selalu merendam nasi aking yang nantinya beliau dan cucunya makan tanpa lauk.